Profil Everett
M.Rogers
Everett M. Rogers (6 Maret 1931 - 21 Oktober 2004) adalah seorang sarjana komunikasi, sosiolog, penulis, dan guru. Dia terkenal karena berasal difusi teori inovasi dan memperkenalkan adopter awal istilah.Rogers lahir pada Pertanian Pinehurst keluarganya di Carroll, Iowa, pada tahun 1931. Ayahnya mencintai inovasi pertanian elektromekanis, tapi yang sangat enggan untuk memanfaatkan inovasi biologi-kimia, sehingga ia menolak mengadopsi benih jagung hibrida baru, meskipun itu menghasilkan 25% lebih tanaman dan tahan terhadap kekeringan. Selama kekeringan Iowa tahun 1936, sedangkan benih jagung hibrida berdiri tegak di pertanian tetangga, tanaman di pertanian Rogers 'layu. Ayah Rogers akhirnya yakin. [1]Rogers tidak punya rencana untuk menghadiri universitas sampai guru sekolah melaju dia dan beberapa teman sekelas untuk Ames untuk mengunjungi Iowa State University. Rogers memutuskan untuk mengejar gelar di bidang pertanian di sana. Dia kemudian bertugas di Perang Korea selama dua tahun. Dia kembali ke Iowa State University untuk mendapatkan gelar Ph.D. dalam sosiologi dan statistik pada tahun 1957.IsiDifusi inovasiDifusi inovasi menurut Rogers. Dengan kelompok berturut konsumen mengadopsi teknologi baru (diperlihatkan dengan warna biru), pangsa pasar (kuning) akhirnya akan mencapai tingkat kejenuhan.Ketika edisi pertama (1962) dari Difusi Inovasi diterbitkan, Rogers adalah seorang asisten profesor sosiologi pedesaan di Ohio State University. Dia baru berusia 30 tahun tetapi menjadi tokoh terkenal di dunia akademik. Pada pertengahan 2000-an, The Difusi Inovasi menjadi buku kedua-paling-dikutip dalam ilmu sosial. (Arvind Singhal: Memperkenalkan Profesor Everett M. Rogers, 47 Tahunan Penelitian Dosen, University of New Mexico) [1]. Edisi kelima (2003, dengan Nancy Singer Olaguera) membahas penyebaran Internet, dan bagaimana ia telah mengubah cara manusia berkomunikasi dan mengadopsi ide-ide baru.Rogers mengusulkan bahwa pengadopsi dari setiap inovasi atau ide baru dapat dikategorikan sebagai inovator (2,5%), pengadopsi awal (13,5%), mayoritas awal (34%), mayoritas akhir (34%) dan yang tertinggal (16%), berdasarkan matematis berdasarkan kurva Bell. Kategori-kategori ini, berdasarkan standar deviasi dari rata-rata kurva normal, memberikan bahasa yang umum bagi para peneliti inovasi. Kemauan dan kemampuan untuk mengadopsi suatu inovasi Setiap adopter tergantung pada kesadaran, minat, evaluasi, percobaan, dan adopsi. Orang bisa jatuh ke dalam kategori yang berbeda untuk berbagai inovasi-petani mungkin adopter awal inovasi mekanik, tapi adopter mayoritas akhir inovasi biologis atau VCR.Ketika grafik, tingkat adopsi membentuk apa datang untuk melambangkan Difusi model Innovations, sebuah (kurva S) Grafik dasarnya menunjukkan persentase kumulatif pengadopsi dari waktu ke waktu "kurva s-berbentuk." - Lambat di awal, lebih cepat karena adopsi meningkat, maka meratakan off sampai hanya sebagian kecil lamban belum diadopsi. [Rogers, Diffusion of Innovations 1983]Penelitian dan pekerjaan menjadi diterima secara luas dalam komunikasi dan studi adopsi teknologi, dan juga menemukan jalan ke berbagai studi ilmu sosial lainnya. Rogers juga mampu berhubungan penelitian komunikasi untuk masalah kesehatan praktis, termasuk kebersihan, keluarga berencana, pencegahan kanker, dan mengemudi dalam keadaan mabuk.Pendidikan HiburanPada awal 1990 Rogers mengalihkan perhatian ke bidang hiburan-Pendidikan. Dengan pendanaan dari Population Communications International [2] ia mengevaluasi sebuah drama radio yang dirancang untuk meningkatkan kesehatan masyarakat di Tanzania disebut Twende na Wakati (Mari Pergi Dengan Times). [3] Dengan Arvind Singhal dari Universitas Ohio ia bersama-menulis Hiburan Pendidikan: Strategi Komunikasi untuk Perubahan Sosial.Untuk memperingati kontribusi ke lapangan, University of Southern California Norman Lear Pusat mendirikan Everett M. Rogers Award untuk Prestasi di Hiburan-Pendidikan, yang mengakui praktik yang luar biasa atau penelitian di bidang pendidikan hiburan. [4]Kemudian hidupPada tahun 1995, Rogers pindah ke University of New Mexico, setelah menjadi gemar Albuquerque sementara ditempatkan di sebuah pangkalan udara selama Perang Korea. Dia membantu UNM meluncurkan program doktor dalam komunikasi. Dia Para Profesor Emeritus di UNM.Rogers menderita penyakit ginjal dan pensiun dari UNM pada musim panas 2004. Dia meninggal hanya beberapa bulan kemudian, meninggalkan seorang istri, Dr Corinne Shefner-Rogers, dan dua anak: David Rogers Everett dan Raja.
Teori Difusi – Inovasi
Everett M.Rogers
Munculnya Teori Difusi Inovasi dimulai pada awal abad ke-20, tepatnya tahun
1903, ketika seorang sosiolog Perancis, Gabriel Tarde, memperkenalkan Kurva
Difusi berbentuk S (S-shaped Diffusion Curve). Kurva ini pada dasarnya
menggambarkan bagaimana suatu inovasi diadopsi seseorang atau sekolompok orang dilihat
dari dimensi waktu. Pada kurva ini ada dua sumbu dimana sumbu yang satu
menggambarkan tingkat adopsi dan sumbu yang lainnya menggambarkan dimensi
waktu.
Pada tahun 1962 Everett Rogers menulis sebuah buku yang berjudul “ Diffusion of Innovations “ yang selanjutnya buku ini menjadi landasan pemahaman tentang inovasi, mengapa orang mengadopsi inovasi, faktor-faktor sosial apa yang mendukung adopsi inovasi, dan bagaimana inovasi tersebut berproses di antara masyarakat.
Menurut Rogers, definisi difusi sebagai proses di mana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di anatar para anggota suatu sistem sosial (The Process by Which an innovation is Communicated Through Certain Channels Overtime Among The Members Of a Social System). Difusi adalah suatu jenis khusus komunikasi yang berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan sebagai ide baru. Sedangkan Komunikasi didefinisikan sebagai proses di mana para pelakunya menciptakan informasi dan saling pertukaran informasi tersebut untuk mencapai pengertian bersama. Di dalam isi pesan itu terdapat ketermasaan (Newness) yang memberikan kepada difusi ciri khusus yang menyangkut ketidakpastian (Uncertainty). Ketidakpastian adalah suatu derajat di mana sejumlah alternatif dirasakannya berkaitan dengan suatu peristiwa beserta kemungkinan-kemungkinan pada alternatif tersebut. Derajat ketidakpastian oleh seseorang akan dapat dikurangi dengan jalan memperoleh informasi.
Rogers menyatakan bahwa inovasi adalah ““an idea, practice, or object perceived as new by the individual.” (suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap/dirasa baru oleh individu). Dengan definisi ini maka kata perceived menjadi kata yang penting karena pada mungkin suatu ide, praktek atau benda akan dianggap sebagai inovasi bagi sebagian orang tetapi bagi sebagian lainnya tidak, tergantung apa yang dirasakan oleh individu terhadap ide, praktek atau benda tersebut.
Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu:
Pada tahun 1962 Everett Rogers menulis sebuah buku yang berjudul “ Diffusion of Innovations “ yang selanjutnya buku ini menjadi landasan pemahaman tentang inovasi, mengapa orang mengadopsi inovasi, faktor-faktor sosial apa yang mendukung adopsi inovasi, dan bagaimana inovasi tersebut berproses di antara masyarakat.
Menurut Rogers, definisi difusi sebagai proses di mana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di anatar para anggota suatu sistem sosial (The Process by Which an innovation is Communicated Through Certain Channels Overtime Among The Members Of a Social System). Difusi adalah suatu jenis khusus komunikasi yang berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan sebagai ide baru. Sedangkan Komunikasi didefinisikan sebagai proses di mana para pelakunya menciptakan informasi dan saling pertukaran informasi tersebut untuk mencapai pengertian bersama. Di dalam isi pesan itu terdapat ketermasaan (Newness) yang memberikan kepada difusi ciri khusus yang menyangkut ketidakpastian (Uncertainty). Ketidakpastian adalah suatu derajat di mana sejumlah alternatif dirasakannya berkaitan dengan suatu peristiwa beserta kemungkinan-kemungkinan pada alternatif tersebut. Derajat ketidakpastian oleh seseorang akan dapat dikurangi dengan jalan memperoleh informasi.
Rogers menyatakan bahwa inovasi adalah ““an idea, practice, or object perceived as new by the individual.” (suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap/dirasa baru oleh individu). Dengan definisi ini maka kata perceived menjadi kata yang penting karena pada mungkin suatu ide, praktek atau benda akan dianggap sebagai inovasi bagi sebagian orang tetapi bagi sebagian lainnya tidak, tergantung apa yang dirasakan oleh individu terhadap ide, praktek atau benda tersebut.
Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu:
(1) Inovasi; gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep ’baru’ dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.
(2) Saluran komunikasi; ’alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling tidakperlu memperhatikan (a) tujuan diadakannya komunikasi dan (b) karakteristik penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal.
(3) Jangka waktu; proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam
(a) proses pengambilan keputusan inovasi
(b) keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih lambat dalammenerima inovasi, dan
(c) kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.
(4) Sistem sosial; kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama
Lebih lanjut teori yang dikemukakan Rogers (1995) memiliki relevansi dan argumen yang cukup signifikan dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Teori tersebut antara lain menggambarkan tentang variabel yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi. Anggota sistem sosial dapat dibagi ke dalam kelompok-kelompok adopter (penerima inovasi) sesuai dengan tingkat keinovatifannya (kecepatan dalam menerima inovasi). Salah satu pengelompokan yang bisa dijadikan rujuakan adalah pengelompokan berdasarkan kurva adopsi, yang telah duji oleh Rogers (1961). Gambaran tentang pengelompokan adopter dapat dilihat sebagai berikut:
1. Innovators: Sekitar 2,5% individu yang pertama kali mengadopsi inovasi. Cirinya: petualang, berani mengambil resiko, mobile, cerdas, kemampuan ekonomi tinggi.
2. Early Adopters (Perintis/Pelopor): 13,5% yang menjadi para perintis dalam penerimaan inovasi. Cirinya: para teladan (pemuka pendapat), orang yang dihormati, akses di dalam tinggi
3. Early Majority (Pengikut Dini): 34% yang menjadi pera pengikut awal. Cirinya: penuh pertimbangan, interaksi internal tinggi.
4. Late Majority (Pengikut Akhir): 34% yang menjadi pengikut akhir dalam penerimaan inovasi. Cirinya: skeptis, menerima karena pertimbangan ekonomi atau tekanan social, terlalu hati-hati.
5. Laggards (Kelompok Kolot/Tradisional): 16% terakhir adalah kaum kolot/tradisional. Cirinya: tradisional, terisolasi, wawasan terbatas, bukan opinion leaders,sumberdaya terbatas.
Mengenai saluran komunikasi sebagai sarana untuk menyebarkan inovasi, Rogers menyatakan bahwa media massa lebih efektif untuk menciptakan pengetahuan tentang inovasi, sedangkan saluran antarpribadi lebih efektif dalam pembentukan dan percobaan sikap terhadap ide baru, jadi dalam upaya mempengaruhi keputusan untuk melakukan adopsi atau menolak ide baru.
Model Difusi Inovasi akhir-akhir ini banyak digunakan sebagai pendekatan dalam komunikasi pembangunan, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Contohnya adalah strategi percepatan adopsi inovasi teknologi pertanian Dan hampir semua inovasi, apakah berupa ide atau produk, memerlukan proses difusi agar bisa diadopsi. Contoh, traktor agar petani bisa berpindah dari pola tradisional ke pola pertanian modern. Metode pembelajaran aktif agar guru berpindah dari metode pendidikan tradisional ke metode pendidikan modern. Kompor gas, agar para ibu rumah tangga, bahkan di pedesaan dapat berpindah dari pola kompor minyak atau kayu ke kompor gas. Semuanya membutuhkan proses difusi yang melibatkan teknik komunikasi tertentu agar dapat diterima oleh suatu sistem sosial tertentu. Semua inovasi, memiliki karakteristik yang berbeda baik dari sisi inovasinya itu sendiri maupun sistem sosial dimana inovasi tersebut akan diberlakukan. Oleh karena itu, pendekatan komunikasi yang harus digunakan juga akan berbeda satu sama lain.
Contoh yang lebih fenomenal adalah keberhasilan Pemerintah Orde Baru dalam melaksanakan program Keluarga Berencana (KB). Dalam program tersebut, suatu inovasi yang bernama Keluarga Berencana, dikomunikasikan melalui berbagai saluran komunikasi baik saluran interpersonal maupun saluran komunikasi yang berupa media massa, kepada suatu sistem sosial yaitu seluruh masyarakat Indonesia. Dan itu terjadi dalam kurun waktu tertentu agar inovasi yang bernama Keluarga Berencana Tersebut dapat dimengerti, dipahami, diterima, dan diimplementasikan (diadopsi) oleh masyarakat Indonesia. Program Keluarga Berencana di Indonesia dilaksanakan dengan menerapkan prinsip difusi inovasi. Ini adalah contoh difusi inovasi, dimana inovasinya adalah suatu ide atau program kegiatan, bukan produk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar